Embriologi & Genetik

[Embriologi & Genetik][bsummary]

vehicles

[vehicles][bigposts]

business

[Embriologi & Genetik][twocolumns]

Teknik Operasi Ovariohisterectomy, Hysterectomy dan Hysterotomy pada Hewan (Bedah Genital)

Ovariohisterectomy merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat ovarium dan/atau bersama uterus. 

Hysterotomy merupakan tindakan pembedahan berupa insisi uterus yang dilakukan melalui dinding abdomen atau melalui vagina sedangkan Hysterectomy merupakan operasi pemotongan dan pengambilan keseluruhan uterus. 

Operasi ini dilakukan untuk mensterilkan hewan betina atau untuk terapi penyakit yang terdapat pada uterus, operasi juga dapat dilakukan untuk memperkecil terjadinya piometra pada betina yang tidak steril. 

Operasi dilakukan dengan melakukan insici pada garis median abdomen (linea alba) berdasarkan pada ukuran dan besar hewan, untuk kemudian dilakukan pengangkatan pada ovarium atau uterus atau hanya untuk dilakukan tindakan terapi.

Sistem Reproduksi dan Genitalia

Sistem reproduksi adalah salah satu sistem perkembangbiakan  yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup.sistem reproduksi pada hewan jantan terdiri dari testis,epididimis, penis dll. Sedangkan sistem reproduksi pada hewan betina terdiri dari ovarium,oviduc,uterus , vulva dan vagina.

Teknik Operasi Ovariohisterectomy, Hysterectomy dan Hysterotomy (Bedah Genital)
Anatomi sistem reproduksi hewan betina


Sistem genitalia atau alat kelamin merupakan alat reproduksi yang memegang peranan penting dalam usaha mempertahankan eksistensi jenis hewan dengan cara berkembang biak.

Definisi umum 

Ovariohisterectomy merupakan tindakan pembedahan untuk pengangkatan atau pembuangan ovarium dan/atau bersama uterus.  

Hysterotomy merupakan tindakan pembedahan berupa insisi uterus yang dilakukan melalui dinding abdomen atau melalui vagina sedangkan Hysterectomy merupakan operasi pemotongan dan pengambilan keseluruhan uterus. 

Operasi ini dilakukan untuk mensterilkan hewan betina dengan maksud menghilangkan fase estrus atau untuk terapi penyakit yang terdapat pada uterus seperti resiko tumor ovarium, serviks, dan uterus. Selain itu, operasi juga dilakukan untuk memperkecil terjadinya piometra pada betina yang tidak steril. 

Sterilisasi biasanya dilakukan saat hewan masih berumur muda. Pada kasus piometra sterilisasi dilakukan sebagai terapi karena ketidakseimbangan cairan sehingga melalui tindakan bedah ini dapat menyembuhkan penyakit tersebut.

Ovariohisterectomy atau OH, dapat dilakukan pada hampir semua fase siklus reproduksi, tetapi paling baik dilakukan sebelum pubertas dan selama fase anestrus.

Tujuan Pembedahan

Tujuan Pembedahan Ovariohysterectomy (OH)

  1. Menekan dan mengurangi populasi hewan terutama hewan liar yang mempunyai resiko besar sebagai pembawa bibit penyakit bagi manusia.
  2. Menghindari penyakit genetik dan deformitas kongenital, seperti polycystic kidney disease (PKD), lysosomal storage disease dan amyloidosis (pada kucing dan anjing).
  3. Mencegah atau treatment penyakit ovarium dan uterus, biasanya pada hewan muda dapat mencegah penyakit ovarium dan uterus seperti kanker uterus, kanker ovarium, polycystic ovaries, metritis atau endometritis, mucometra, cystic endometrial hyperplasia, pyometra, ectopic pregnancy, prolapsus uterus, dan torsio uterus.
  4. Mencegah atau mengurangi penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas hormon (estrogen dan progesteron). Kondisi ini mengindikasikan adanya kelebihan hormon antara lain vaginal hyperplasia, mamari neoplasia dan tumor, mammary enlargement, cystic endometrial hyperplasia, pyometra dan pseudoregnancy. Jika OH dilakukan setelah estrus pertama, resiko terjadinya tumor mammary menjadi 8%; jika dilakukan setelah siklus estrus kedua resiko terjadinya tumor tersebut meningkat sampai 26%, jika dilakukan setelah 2,5 tahun, OH bukan merupakan tindakan pencegahan yang tepat untuk menghindari tumor mammary.


Tujuan Pembedahan Hysterotomy dan Hysterectomy

  1. Untuk membuat hewan betina menjadi steril.
  2. Untuk mengambil uterus pada kasus piometra yang tidak dapat diobati.
  3. Untuk mengambil uterus yang sudah mengalami nekrosa dan keadaan fetus yang sudah membusuk. 

Lokasi Anestesi 

Untuk bedah Ovariohysterectomy (OH), anestesi yang diberikan adalah secara regional atau anestesi umum. 

Sedangkan untuk bedah Hysterotomy dan Hysterectomy pada umumnya dilakukan anestesi umum melalui suntikan intravena atau dapat pula anestesi pada rongga intervertebralis lumbosacral (anestesi regional).

Untuk anestesi umum dapat dipakai Pentobarbital sodium (sagatal, termasuk short acting). Thiopental sodium (pentothal, termasuk ultra short acting). Sagatal, bila dibandingkan dengan penthotal, lebih mendepresi sistem pernapasan tetapi lebih sering dipakai. 

Penggunaan sagatal secara intravena dengan cara setengah dosis disuntikan dengan kecepatan sedang ditunggu satu menit agar anestesi bekerja kemudian sisanya disuntikkan selama 2-4 menit terakhir sambil diperhatikan stadium anestesinya. 

Dosis sagatal adalah kurang lebih 25 mg/kg bb diberikan secara intarvena. Demikian pula halnya penggunaan pentothal secara intravena dan dosisnya kurang lebih 20-25 mg/kg bb atau pentothal 2,5%. 

Untuk keperluan anestesi, dapat disuntikkan premedikasi dengan Chlorpromasine (sebagai tranquilizer) sebagai intramuskuler dengan dosis tidak boleh melebihi 0,5 mg/lb berat badan dan disuntikkan 1-1,5 jam sebelum anestesi. 

Setelah digunakan premedikasi maka penggunaan dosis anestesi menjadi berkurang dan durationof action dari pada anestesi menjadi lebih lama serta hewan terlindung dari bahaya over dosis anestesi.

Materi

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam pembedahan ini meliputi peralatan bedah minor antara lain towel clamp, pinset anatomis dan syrorgis, scalpel dan blade, gunting lurus tumpul tajam dan runcing, gunting bengkok, tang arteri, needle holder, steteskop, termometer, dan spuit 1 cc dan 3 cc. 

Bahan 

Bahan-bahan dan obat yang dipersiapkan adalah tampon, plester, benang jahit Chromic cat gut 3.0, kain penutup (drape), dan aquades. Obat yang digunakan antara lain 

Pre Operasi

Sebelum melakukan tindakan operasi, terlebih dahulu dilakukan persiapan operasi. Adapun persiapan yang dilakukan adalah persiapan alat, bahan, obat, persiapan ruangan operasi, persiapan hewan kasus dan operator.

a.  Persiapan Alat, Bahan, dan Obat

Sterilisasi alat dengan menggunakan autoclave selama 15 menit, kecuali gunting dan jarum disterilkan dengan dengan menggunakan alkohol 70%. 

Tujuan dilakukan sterilisasi alat adalah untuk menghindari kontaminasi dari alat pada luka operasi yang dapat menghambat kesembuhan luka.

b.  Persiapan Ruang Operasi

Ruang operasi dibersihkan menggunakan desinfektan. Sedangkan meja operasi didesinfeksi dengan menggunakan alkohol 70%. 

Penerangan ruang operasi sangat penting untuk menunjang operasi, oleh karena itu sebelum diadakanya operasi persiapan lampu operasi harus mendapatkan penerangan yang cukup agar daerah/site operasi dapat terlihat jelas. 

c.  Persiapan Hewan

Pemeriksaan fisik awal wajib untuk dilakukan sebelum operasi dilakukan. Pemeriksaan fisik meliputi : 
  1. signalemen
  2. berat badan
  3. umur
  4. pulsus
  5. frekuensi nafas
  6. suhu tubuh
  7. dan pemeriksaan sistem tubuh lainnya (digestivus, respirasi, sirkulasi, saraf, reproduksi), perubahan anggota gerak, dan perubahan kulit, yang dicatat dalam ambulator atau kertas pemeriksaan hewan. 

Metode Operasi 

a.  Hysterotomy pada kasus distokia 

Hewan dipersiapkan seperti biasa untuk operasi, selanjutnya diberi anastesi. Anastesi yang digunakan adalah anastesi umum (anastesi epidural). 
  1. Setelah diberi anastesi, hewan dibaringkan pada punggungnya (dorsal recumbency). Dibuat irisan melalui kulit dan linea alba di daerah ventral midline dari daerah xiphoid (sedikit di kranial umbilicus) sampai ke tepi pubis. 
  2. Ditempatkan laparotomy pad atau handuk ditepi irisan untuk mengisolasi uterus dari abdominal. Kedua cornua dan corpus uteri ditarik keluar dengan hati-hati karena cornua uteri dan pembuluh darahnya sangat mudah robek. 
  3. Dibuat irisan longitudinal pada bagian dorsal corpus uteri dengan hati-hati agar tidak melukai fetus. 
  4. Fetus yang tedekat dengan insisi ditarik keluar atau didorong keluar dengan mendorong uterus. 
  5. Selaput amnion dibuka dengan jari atau gunting dan anak anjing dikeluarkan.umbilical cord dijepit dengan 2 hemostat pada jarak 3 cm dari perut anak anjing dan dipotong. 
  6. Anak anjing diserahkan untuk perawatan selanjutnya dan placenta dilepaskan dari uterus dengan jalan ditarik perlahan-lahan. 
  7. Anak-anak anjing yang lain didorong ke tempat insisi dan dikeluarkan satu demi satu dengan cara yang sama. 
  8. Insisi pada uterus ditutup dnegan 2-0 atau 3-0 chromic catgut dengan jahitan lambert atau cushing peritoneum dan linea alba dijahit dengan 2-0 atau 3-0 chromic catgut dengan jahitan simple interrupted, subkutan dan fascia menerus dan kulit dengan pola jahitan terputus.
Teknik Operasi Ovariohisterectomy, Hysterectomy dan Hysterotomy (Bedah Genital)
Prosedur operasi hyteretomy

Anak-anak anjing yang sudah dikeluarkan secepatnya harus dibersihkan cairan yang berada di mulut dan hidungnya dan badannya dikeringkan. 

Pengeringan dilakukan dengan digosok agak keras supaya menstimulir sirkulasi dan respirasi. Kontraksi uterus akan segera terjadi setelah fetus dikeluarkan, diberikan oxitosin atau ergonovin apabila tidak terjadi kontraksi uterus.

b.  Hysterectomy

Pemilihan anastesi dalam melakukan suatu operasi bedah sangatlah perlu dipertimbangkan terhadap cara pemakaian obat, dosis, efek yang ditimbulkan dan tidak kalah penting adalah pertimbangan ekonomis dan persediaan obat. 

Anastesi yang sering digunakan dalam operasi bedah Hysterectomy adalah anastesi umum melalui suntikan intravena atau dapat pula pada rongga intervertebralis lumbosacral (anastesi regional). 

Pada anastesi umum dapat dipakai diantaranya penthobarbital sodium, thiopental sodium, halothane, ether. Premedikasi yang sering digunakan adalah xylazine Hcl, atropine sulfate. Belakangan ini anastesi ketamine Hcl  sering digunakan dalam suatu operasi.

  1. Setelah itu, maka selanjutnya dilakukan operasi, tindakan yang dapat dilakukan adalah kulit disayat untuk pertama kalinya dengan menggunakan scalpel pada bagian ventral abdomen, karena lebih mudah mencapai uterus, ovarium, usus dan vesica urinaria. 
  2. Bila terjadi perdarahan pada subkutan maka dijepit dengan penjepit arteri dan diusahakan jaringan yang terjepit seminimal mungkin. Kemudian disayat. jaringan subkutan dengan menggunakan pisau lainnya sampai fascia dan penyayatan fascia dilakukan ke kranial dan kaudal dengan menggunakan gunting. 
  3. Otot perut dipisahkan dengan menggunakan pembedahan tumpul dan dilakukan dengan gunting kemudian dibuka dengan gunting tersebut. 
  4. Peritoneum dikuakkan seperti otot dan ditarik kemba1i dengan penjepit. Operator membuat sayatan  sedikit dengan skalpel dan penyayatan peritoneum diperluas ke kranial dan kaudal dengan gunting dan dinding abdomen diangkat secara hati-hati dari lapisan viscera dibawahnya. Omentum ditarik ke kranial dengan menggunakan kait agar cornua uteri didapat dari sayatan perut tadi.
  5. Pada peralihan tuba falopii dan cornua uteri diikat secara ganda dengan catgut chromic medium 2-0. 
  6. Pembuluh darah yang memvaskularisasi uterus diikat dengan benang yang sama. Kemudian diantara ikatan ganda tersebut dipotong dengan skalpel atau gunting. 
  7. Lepaskan alat penggantung uterus secara punctur. Ulangi hal yang sama pada uterus yang lainnya. 
  8. Uterus ditarik ke kranial, pangkal uterus dan ujung cervix dijepit kemudian diadakan pengikatan ganda dengan catgut. 
  9. Arteri dan vena uterina diikat atau dijahit dengan benang yang sama. Kemudian dengan menggunakan skalpel diantara ikatan tadi dipotong.
  10. Selanjutnya, dilkukan periksaan terhadap perdarahan dari pembuluh darah yang telah terpotong. 
  11. Omentum dimasukkan kembali ke dalam ruang perut seperti semula dan diberikan larutan garam steril sebanyak 100 - 150 ml at au pemberian antibiotika. 
  12. Peritoneum dijahit dengan jahitan terus dengan memakai catgut chromic medium 2-0. Kemudian otot dan fascia dijahit dengan cara yang sama, demikian pula subkutan ditutup dengan jahitan dan benang yang sama. 
  13. Kulit dijahit dengan menggunakan benang yang tidak di absorpsi dengan pola horizontal matras. 
  14. Bekas lukan dibalut dengan perban serta diberikan suntikan antibiotika
Teknik Operasi Ovariohisterectomy, Hysterectomy dan Hysterotomy (Bedah Genital)
Prosedur operasi Hysterectomy


c.  Ovariohysterectomy (OH)


Anastesi pada bedah Ovariohysterectomy digunakan anastesi regional atau anastesi umum. Sebelum anastesi, dilakukan pemberian premedikasi menggunakan Atropin Sulfat. 

Selanjutnya dilakukan pencukuran rambut pada daerah ventral abdomen, setelah hewan diletakkan pada posisi dorsal recumbency (terlentang) kemudian daerah yang dicukur dibersihkan dan didesinfeksi. 


  1. Daerah ventral abdominal disiapkan sebagai daerah operasi, yaitu dari xiphoid sampai daerah pubis. 
  2. Umbilikus diidentifikasi dan diperkirakan untuk mwmbagi daerah abdominal menjadi tiga bagian. 
  3. Pada anjing dilakukan insisi dimulai dari caudal umbilikus 1/3 bagian cranial abdominal ke caudal sepanjang 4-8 cm. insisi dilakukan lebih ke caudal akan menyulitkan untuk mengangkat ovarium. 
  4. Pada kucing badan uterus berada agak ke caudal, sehingga insisi dilkukan lebih ke caudal mulai dari 1/3 bagian tengah abdominal. 
  5. Insisi dilakukan pada kulit dan subkutan 4-8 cm untuk membuka linea alba. Linea alba dipegang dan diangkat sedikit keluar untuk dapat melakukan insisi. Insisi pada linea alba dilebarkan ke cranial dan kaudal untuk membuka rongga abdomen.
  6. Dinding abdominal kiri dikuakkan dan dimasukkan ovariectomy hook. Hook dimasukkan menelusuri dinding bagian kiri abdominal, 2-3 cm ke kaudal ginjal. 
  7. Hook digerakkan ke medial untuk mengangkat kornua uteri, ditelusuri ke kaudal untuk menemukan bifurkasio uteri dan ke kranial untuk menemukan ovarium. 
  8. Apabila koruna uteri tidak ditemukan dengan menggunakan hook, dilakukan palpasi pada kantong kencing sepanjang insisi. 
  9. Corpus uteri berada diantara kantong kencing dan colon. Setelah ovarium ditemukan, dipalpasi adanya ligamentum suspensarium pada ujung proximal ovarium. 
  10. Ligamentum ditelusuri dengan jari telunjuk, ditarik dan dilkukan pemutusan di dekat ginjal tanpa merobek pembuluh darah. 
  11. Tanpa dilakukan pemutusan ligamentum, ovarium akan sulit dikeluarkan. Dipasang 2 atau 3 clamp didekat ovarium untuk persiapan dilakukan ligasi. 
  12. Clamp paling maksimal digunakan untuk tempat ligase, clamp ditengah digunakan untuk memegang saat menggunakan ligase, sedangkan clamp paling distal digunakan untuk mencegah kembalinya aliran darah setelah dilakukan transeksi. 
  13. Ligase pada pembuluh darah ovarium menggunakan bentuk ‘8’ dengan benang absurable (2-0, 3-0 cromic catgut, polydioxanone, polyglyconat atau polyglactin 910)
  14. Dibuat ikatan kedua diatas ikatan pertama untuk mencegah perdarahan. Dilakukan pemotongan ovarium dan control terjadinya perdarahan. 
  15. Ovarium diangkat, penggantungnya dipotong dan dikontrol terjadinya perdarahan. 
  16. Cornua uteri ditelusuri sampai pada bivorkarsio uteri untuk mendapatkan koruna dan ovarium sebelahnya. 
  17. Diletakan clamp dan dilakukan ligase seperti langkah yang telah dijelaskan diatas. Setelah kedua ovarium terpotong, uterus ditarik keluar dan dilakukan ligase pada pembuluh darah kiri dan kanan korpus uteri dengan 2-0 cromic catgut dan seluruh corpus uteri juga diikat didekat servix. 
  18. Dilakukan pemotongan badan uterus dan diamati terjadinya perdarahan. Diligasi jika ada perdarahan. 
  19. Sisa potongan uterus dimasukan kedalam abdominal sebelum clamp dilepaskan. 
  20. Dinding abdominal ditutup dan dilakukan dengan tiga lapisan (linea alba dan peritonium dengan pola jahitan terputus, subcutan dan fascia menerus dan kulit dengan pola jahitan terputus)


Teknik Operasi Ovariohisterectomy, Hysterectomy dan Hysterotomy (Bedah Genital)
Lokasi pemotongan pada OH  

Teknik Operasi Ovariohisterectomy, Hysterectomy dan Hysterotomy (Bedah Genital)
Daerah operasi


Teknik Operasi Ovariohisterectomy, Hysterectomy dan Hysterotomy (Bedah Genital)
Pemotongan pada mesovarium

Teknik Operasi Ovariohisterectomy, Hysterectomy dan Hysterotomy (Bedah Genital)
Pemotongan pada uterus

Teknik Operasi Ovariohisterectomy, Hysterectomy dan Hysterotomy (Bedah Genital)
OH dengan endoscopy

Post Operasi

Prinsip utama setelah dilakukan operasi ovariohysterectomy, Hysterotomy dan Hysterectomy perlu dilakukan pemantauan kondisi hewan seperti temperatur, frekuensi denyut jantung, frekuensi nafas serta kondisi luka. 

Pemberian antibiotik spektrum luas perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Elizabeth collar dapat digunakan untuk membatasi pergerakan anjing sehingga akan melindungi daerah yang telah dioperasi. 

Jahitan dapat dibuka hari ke 7 post operasi dan selama masa perawatan dilakukan pergantian verband dan diberikan yodium tincture dan juga dilakukan pembersihan pada daerah sekitar jahitan.

Hysterotomy


Setelah dilakukan tindakan operasi, perawatan pasca operasi perlu dilakukan pada pasien. Anjing harus ditempatkan di tempat yang bersih dan sehat serta pakan yang sesuai, bekas sayatan di pantau secara rutin. 

Pemberian antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri. Bekas luka operasi juga diberikan penicillin powder pada bekas luka jahitan. 

Benang jahitan dibuka setelah 5-7 hari atau setelah luka jahitan kering. Jika luka bekas jahitan telah kering dan keadaan anjing telah normal, maka anjing dinyatakan telah pulih.

Hysterectomy


Setelah selesai menja1ani operasi maka anjing dirawat dengan perhatian yang lebih khusus dengan memberikan lingkungan yang sehat dan bersih serta makanan yang bergizi. 

Pemberian antibiotika untuk mencegah adanya infeksi sekunder sangat perlu diberikan selama tiga sampai empat hari. 

Bekas luka operasi diberikan penisilin powder untuk mencegah adanya infeksi. Benang jahitan dibuka setelah 5 - 7 hari atau luka jahitan telah kering. Bila luka operasi telah kering dan keadaan umum dari anjing tersebut baik maka anjing tersebut dapat dinyatakan sembuh.

Ovariohysterectomy

Perawatan pasca operasi meliputi pemberian nutrisi yang cukup, obat-obatan untuk membantu proses persembuhan luka, dan obat-obat untuk mencegah munculnya infeksi sekunder seperti antibiotik. 

Selain itu kebersihan terhadap hewan harus tetap dijaga, mengingat luka operasi sangat mudah untuk dimasuki oleh agen infeksi. Perawatan post operasi dilakukan selama 14 hari untuk dapat maximal sampai proses penutupan luka secara sempurna.

Komplikasi Post Operasi Ovariohysterectomy, Hysterotomy dan Hysterectomy

Setelah dilakukan pembedahan ovariohysterectomy, Hysterotomy dan Hysterectomy, terdapat beberapa komplikasi yang mungkin akan terjadi, diantaranya yaitu :

Pendarahan (Hemoragi)

Hemoragi dilaporkan sebagai kausa kematian paling umum setelah pembedahan ovariohysterectomy, Hysterotomy dan Hysterectomy. Pendarahan dapat disebabkan karena pembuluh darah ovarium yang rupture ketika ligamentum suspensorium ditarik (direngangkan).

Ovariant remnant syndrome

Sindrom ini menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohysterectomy. Hal ini disebabkan karena pengambilan ovarium yang tidak sempurna.

Uterine stump pyometra, inflamasi, dan granuloma.


Fistula pada traktus reproduksi

Fistula tersebut berkembang dari adanya respon inflamasi terhadap material operasi (benang).

Urinary incontinence

Merupakan kejadian tidak dapat mengatur spincter vesica urinary. Hal ini dapat terjadi karena adanya perlekatan (adhesi) atau granuloma pangkal uterus (sisa) yang menggangu fungsi spincter vesica urinary.


Referensi

Sudisma, I.G.N.,G.A.G.Pemayun.,A.A.G.J.Wardhita.,I.W.Gorda. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi Edisi I. Pelawa Sari. Denpasar

Adin, Christopher. Complications of Ovariohysterectomy and Orchiectomy in Companion Animals. Vet Clin Small Anim 41 (2011) 1023–1039

Goethem, Bart, et al. 2006. Making a Rational Choice Between Ovariectomy and Ovariohysterectomy in the Dog: A Discussion of Benefits of Either Technigue. Veterinary Surgery 35:136 – 143

Hill, Lawrence, Daniel Smeak. Suspensory Ligament Rupture Technique During Ovariohysterectomy in Small Animal. CE Article

Kirpensteijn, Jolle. 2008. Ovariectomy versus Ovariohysterectomy. Is the eternal argument ended?. IVIS. Ital

Tidak ada komentar:

Posting Komentar