Maserasi Fetus pada Kucing (Tinjauan Pustaka)
Saat embrio mati, maka akan diikuti oleh fase rearsobrsi, dan hewan akan kembali estrsus, jika tidak ada tanda-tanda fetilisasi atau konsepsi dalam uterus. Jika kematian terjadi sebelum rekognisi kebuntingan maternal, maka siklus estrus tidak diperpanjang.
Namun jika terjadi setelah rekognisi maternal, makan siklus estrus akan diperpanjang. Jika kematian embrio diakibatkan infeksi kemudian, namun material embrionik diasbrobsi makan, akan terjadi pyometra.
Kondisi ini ditandai dengan corpsu luteum persisten, lubang cervisk tertutup, dan terjadi akumulasi nanah (pus) dalam copus uteri dan cornua uteri.
Jika kematian fetus terjadi setelah ossifikasi tulang-tulang dimulai, dan reasobsi material fetus tidak dapat terjadi secara sempurna maka akan terjadi mumifikasi fetus, dan jika dibarengi dengan infeksi akan terjadi maserasi fetus.
Maserasi Fetus
Maserasi fetus atau penghancuran fetus dapat terjadi pada setiap kebuntingan. Kematian embrio dini dan maserasi disebabkan oleh beberapa mikroorganisme yang terdapat di dalam uterus, dan sering terdapat pada hewan yang menderita penyakit trichomoniasis atau vibriosis.
Maserasi fetus dapat terjadi jika fetus yang mati disertai dengan dipertahankannya corpus luteum, dan diikuti lagi dengan terbukanya pintu serviks yang menjadi pusat masuknya bakteri autolitik dan bakteri lainya ke dalam uterus.
Fetus akhirnya mengalami kebusukan dalam uterus dan jaringan-jaringan lunaknya hancur dan keluar sebagai leleran vagina yang berbau busuk. Dalam banyak kasus tulang dapat terlalu besar dalam melalui lubang serviks dan akhirnya tertinggal dalam uterus, dan akhirnya secara normal mencegah terjadinya konsepsi.
Hasil rontgen hewan yang diduga mengalami maserasi fetus |
Fragmen-fragmen besar dari tulang akhirnya tersimpan dalam endometrium dan mengakibatkan endometritis dalam beberapa kasus. Maserasi fetus juga dapat terjadi dalam masa puncak usia fetus yang mengalami kegagalan kelahiran atau keluar dari uterus.
Etiologi
Maserasi fetus yaitu kematian fetus yang terjadi dipertengahan, atau sepertiga akhir masa kebuntingan, tidak memberikan inhibisi pada corpus luteum. Suatu keadaan mengapa fetus masih dipertahankan di dalam uterus karena masih adanya fetus yang masih hidup atau adanya corpus luteum yang masih ada, dan ada hubungannya dengan fetus tunggal atau ganda.
Maserasi yang ada hubungan dengan corpus luteum persisten. Karena pemeliharaan fetus ini dilakukan oleh progesterone yang dihasilkan corpus luteum, pada spesies lainnya progesterone dihasilkan plasenta fetus setelah pertengahan masa kebuntingan dan corpus luteum telah involusi.
Maserasi fetus juga dapat berasal dari mumifikasi fetus yang diikuti oleh invasi ke uterus dan berakibat maserasi dari uterus.
Menurut Kustritz, 2003 maserasi fetus juga dapat disebabkan oleh efek samping pemberian progesterone terkait dosis, umur, dan spesies pasien. Pemberian progesterone selama fase kehamian, akan mengakibatkan maskulinisasi fetus betina, kematian fetus, maserasi atau mumifikasi.
Maserasi fetus dapat terjadi pada beberapa spesies, namun sering terjadi pada sapi, dan jarang dilaporkan pada anjing dan kucing.
Hal ini terjadi karena konsekuen dari kegagalan pengaborsian fetus, akibat inertia uterus. Bakteri kemudian masuk kedalam uterus melalui dilatasi serviks, dan kombinasi dari putrefaksi dan autolysis jaringan lunak yang dihancurkan, dan meninggalkan massa tulang fetus di dalam uterus.
Kadang-kadang benda ini dapat melekat pada dinding uterus sehingga sulit dikeluarkan .
Tanda Klinis
Tanda klinis yang terlihat adalah keluar leleran berbau busuk dari lubang vagina selama masa kebuntingan. Pada sapi, dapat terpalpasi fragmen tulang yang besar dalam uterus selama pemeriksaan rektal.
Fragmen-fragmen tulang juga dapat dideteksi dari tulang yang menonjol keluar dari serviks ke dalam vagina. Maserasi fetus juga dapat dideteksi dengan ultrasonografi (USG). Pada hewan kecil fragmen tulang dapat di deteksi dengan X-ray (rontgen).
Prognosa
Prognosa untuk penanganan kasus maserasi fetus adalah dubius. Tingkat kesembuhannya (resolusi) baik, namun untuk tingkat fertilitas hewan penderita akan turun, dan disarankan berhati-hati jika nantinya hewan tersebut akan dikawinkan kembali.
Kerusakan endometrium akibat fragmen-fragmen tulang pada maserasi fetus akan mengakibatkan prognosis yang jelek untuk kembali ke fertilitas semula. Januaidi (2013), melaporkan 21% kucing yang mengalami kelainan reproduksi akan mengalami kegagalan menghasilkan embrio yang berkembang atau matang.
Treatment
Terapi jarang membuahkan hasil yang memuaskan, hal ini dikarenakan sulitnya mengeluarkan fragmen-fragmen tulang yang tersisa dalam uterus. Jika jari tangan dapat memasuki lubang serviks seperti hewan besar maka hal ini memungkinkan fragmen-fragmen tulang dapat dikeluarkan dan diikuti dengan pembersihan uterus.
Suntikan prostaglandin lokal dalam berbagai laporan memberikan hasil yang memuaskan dalam mendilatasi lubang serviks (Jackson, 2004). Stillbestrol atau estradiol juga dilaporkan menyebabkan relaksasi cervix dan involusi corpus luteum. ± 80% Maserasi dengan penyuntikan tunggal estrogen cukup dan fetus keluar 37-72 jam kemudian.
Dosis tinggi tunggal estrogen biasanya pada sapi berhasil mendilatasi cervix atau expulsi fetus 24-36 jam.
Histeretomy (sectio caesaria) dan Ovariehisterektomy dapat dilakukan namun hal ini jarang dilakukan karena pertimbangan ekonomi. Pada hewan kecil histeretomy atau ovarihisterektomy diperlukan dan juga diperlukan dalam usaha mencegah terjadinya toksikasi dari uterin inertia primer.
hasil OH hewan yang mengalami maserasi fetus (drh,amirmahmud) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar