Embriologi & Genetik

[Embriologi & Genetik][bsummary]

vehicles

[vehicles][bigposts]

business

[Embriologi & Genetik][twocolumns]

Ringworm (Dermatophytosis) pada Sapi

Etiologi

Ringworm atau dermatophytosis adalah infeksi oleh cendawan pada bagian kutan atau superfisial atau bagian dari jaringan lain yang mengandung keratin (bulu, kuku, rambut dan tanduk). 

Penyebab ringworm ialah cendawan dermatofit yaitu sekelompok cendawan dari genus Epidermophyton, Microsporum dan Trichophyton  Cendawan dermatofit penyebab ringworm menurut taksonomi tergolong fungi imperfekti (Deuteromycetes), karena pembiakannya dilakukan secara aseksual, namun ada juga yang secara seksual tergolong Ascomycetes. 

Adapun Klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Divisi               : Amastigomycotina
Sub-Divisi       : Ascomycotina
Klas                : Deuteromycetes
Ordo               : Moniliales
Family             : Moniliaceae
Genus             : Microsporum, Trichophyton
Species           : M. canis, M. gypseum, T. mentagrophytes

Ringworm (Dermatophytosis) pada Sapi
Microsporum sp. perbesaran 1000x


Ringworm (Dermatophytosis) pada Sapi
Microsporum sp. perbesaran 400x

Ringworm (Dermatophytosis) pada Sapi
Microsporum sp. perbesaran 100x

Patogenesis

Penyebaran geografis keberadaan ringworm cukup luas, namun penyakit ini lebih banyak ditemukan di daerah beriklim tropis dan subtropis, terutama daerah dengan kondisi udara panas dan kelembaban yang tinggi. 

Penyebaran infeksi dapat terjadi karena luka, bekas luka atau patahan bulu untuk melangsungkan hidupnya. Dapat tumbuh pada lingkungan kering, dingin, aerobik serta tanpa mikroorganisme lain dan terlindung dari sinar matahari. 

Di negara-negara yang beriklim subtropik atau dingin, kejadian ringworm lebih sering, karena dalam bulan-bulan musim dingin, hewan-hewan selain kurang menerima sinar matahari secara langsung, juga sering bersama-sama di kandang, sehingga kontak langsung di antara sesama individu lebih banyak terjadi.

Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air. 

Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari beberapa faktor seperti faktor virulensi dari dermatofita, faktor trauma, kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, faktor suhu dan kelembaban, kurangnya kebersihan dan faktor umur dan jenis kelamin. 

Karena jamur tidak tahan dalam suasana radang, jamur berusaha meluas ke pinggir lesi, hingga akhirnya terbentuk lesi yang berupa lesi yang bulat atau sirkuler berwarna coklat kekuningan, dengan bagian tengahnya mengalami kesembuhan.


Gejala Klinis

Pada sapi di bagian permukaan kulit dan bulu yang terinfeksi akan ditemukan adanya lesi berbentuk bulatan-bulatan seperti cincin dalam berbagai ukuran dan berwarna keputih-putihan, yang dalam keadaan intensif dapat disertai dengan adanya kerak-kerak peradangan dan kerontokan bulu. 

Lesi ini dapat ditemukan pula di daerah kepala, leher, dada dan bahu. Pada sapi tidak dijumpai tanda-tanda kegatalan. Hewan yang parah tubuhnya sangat kurus dan tidak ada nafsu makan.

Berikut ini adalah gambar dari infeksi ringworm (dermatophytosis) pada sapi :


Ringworm (Dermatophytosis) pada Sapi
Dermatophytosis pada sapi besar

Ringworm (Dermatophytosis) pada Sapi
Dermatophytosis pada pedet

Diagnosis

Diagnosa yang dapat dilakukan yaitu dengan cara melihat gejala klinis, isolasi, dan identifikasi jamur melalui pengambilan dan pembiakan sampel pada media agar. Sampel yang diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium berupa kerokan kulit, bulu pada lesi dan serpihan kuku.  

Kemudian dapat diperiksa dengan pemeriksaan langsung dengan mikroskop atau dengan membuat biakan pada media. Pemeriksaan langsung mikroskop dengan cara membuat preparat native yang diberikan potasium hydroxide (KOH) 10% kemudian diamati dengan mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x dan 400x. 

Pada biakan/kultur media, sampel yang diambil dari hewan suspect ringworm diberikan KOH 20% dan ditumbuhkan pada media Sabouraud Glucose Agar (SGA) yang ditambah chloramphenicol dan cycloheximide untuk  menghambat kontaminasi bakteri dan jamur saprofic. Media di inkubasi selama 4 minggu dengan temperatur 28 sampai 30ºC.

Ringworm (Dermatophytosis) pada Sapi
koloni T.verrucosum, yang dibiakan langsung dari sampel kerokan kulit pada sap


Ringworm (Dermatophytosis) pada Sapi
koloni T.verrucosum

Ringworm (Dermatophytosis) pada Sapi
struktur mikroskopis T.verrucosum


Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan pada ringworm (dermatophytosis) yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah penyebaran sehingga tidak terjadi endemik bila ada serangan penyakit di berbagai macam jenis ternak, sehingga pada sapi harus sering dijaga kebersihannya dengan memandikan secara teratur, lalu diberikan konsentrat, rumput dan vitamin seperlunya. Vaksinasi merupakan pencegahan yang baik, tetapi relatif mahal. Di Indonesia pemakaian vaksin dermatofit belum dilaksanakan.

Pengobatan pada ringworm (dermatophytosis) dapat dilakukan secara sistemik dan topikal. Secara sistemik dengan preparatpreparat griseofulvin dengan dosis 7,5 – 10 mg/kg secara PO satu kali sehari. Secara topikal menggunakan mikonazol 2 % atau salep yang mengandung Asam benzoat 6 g, asam salisilat 3 g, sulfur 5 g, iodine 4 g and vaseline 100 g. Selain itu dapat pula dengan obat tradisional seperti daun ketepeng (Cassia alata), Euphorbia prostate dan E. thyophylia.


Referensi :

Ahmad R Z. 2005. Permasalahan Dan Penanggulangan Ringworm Pada hewan. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Balai Penelitian Veteriner. Bogor.

Gholib dan rachmawati. 2010. Kapang Dermatofit Trichopyton verrucosum Penyebab Penyakit Ringworm Pada Sapi. Balai Besar Veteriner. Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar