Embriologi & Genetik

[Embriologi & Genetik][bsummary]

vehicles

[vehicles][bigposts]

business

[Embriologi & Genetik][twocolumns]

PENYAKIT DEMAM RIFT VALLEY (RIFT VALLEY FEVER)

Nama lain : Infectious Enzootic Hepatitis (IEH). Merupakan penyakit menular yang menyerang domba, kambing, dan sapi yang ditandai demam akut, keguguran, dan kematian. Demam Rift Valley (RVF) adalah zoonosis virus yang terutama menyerang hewan tetapi juga memiliki kemampuan untuk menginfeksi manusia. Infeksi dapat menyebabkan penyakit berat pada hewan. Penyakit juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan akibat kematian dan aborsi antara ternak RVF terinfeksi.
1)      Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh Phlebovirus dari family Bunyaviridae. Materi genetic virus tersusun atas 3 segmen RNA (L, M, dan S). Rift Valley Fever disebabkan oleh virus dari genus Phlebovirus dari famili Bunyaviridae. Virus ini diisolasi sejak tahun 1930 dari suatu kasus epidemik pada domba pada peternakan di Rift Valley, Kenya. Kasus ini kemudian menjadi pandemi di Afrika Utara. Pada awal tahun 2000, penyakit Rift Valley Fever hanya ditemukan di Afrika dan menyerang hewan ternak dan manusia, namun pada bulan September 2000, penyakit ini telah menyebar hingga negara-negara Arab dengan efek yang lebih ganas dan menyebabkan penyakit yang lebih parah pada ternak dan manusia. Penyebab penyebaran dan keganasan agen penyakit ini adalah perdagangan antar negara dan benua, serta faktor cuaca yang mendukung terbukanya port of entry dari agen penyakit sehingga memunculkan penyakit yang mewabah pada ternak dan krisis kesehatan masyarakat di tersebut.
Virus ini dikategorikan kedalam famili Bunyaviridae yang berdasarkan morfologi dan karakteristik biokimia, dan juga pada cross reaksi serologi dengan virus grup demam phlebotomus. Bentuk virus tersebut spiral, berdiameter 90 sampai 100nm, dan memiliki proyeksi permukaan yang hampir sama yang diemukan pada virus bunyaviridae. Virus dapat tumbuh dengan biakkan sel kultur, kecuali lymphoblastosid sel line, dan pertumbuhannya dapat dilihat dengan menggunakan teknik fluorescent antibody (FAT).
Virus pada famili Bunyaviridae dicirikan dengan adanya RNA rantai tunggal dengan tiga segmen unik, protein nukleokapsid yang berasosiasi dengan RNA, dan amplop yang mengandung minimal satu virus spesifik glikoprotein. Ukuran strain viscerotropik diteliti dan tidak ditemukan perbedaan signifikan dari bentuk neurotropik.

2)      Epidemiologi
Virus RVF adalah anggota dari genus Phlebovirus, salah satu genus ke lima dari keluarga Bunyaviridae . Virus pertama kali diidentifikasi pada tahun 1931 selama penyelidikan epidemi di antara domba-domba di sebuah peternakan di Lembah Rift Kenya. Sejak itu, wabah telah dilaporkan di sub-Sahara dan Afrika Utara. Pada tahun 1997-1998, wabah besar terjadi di Kenya, Somalia dan Tanzania dan pada bulan September 2000, kasus RVF dikonfirmasi di Arab Saudi dan Yaman, dengan ditandai terjadinya kasus penyakit yang dilaporkan pertama kali di luar benua Afrika sehingga timbul   kekhawatiran bahwa hal itu dapat terjadi sampai bagian lain dari Asia dan Eropa.

3)      Epizootiologi
Penyakit ini menyerang hewan dan manusia. Hewan yang rentan terkena penyakit ini adalah domba, sapi, dan kambing terutama yang muda.  Cara Penularan Penyakit ini ditularkan oleh vector Culicoides pipiens dan Aedes taeniorhinchus. Virus ini juga ditularkan lewat kontak langsung dengan darah, proses sekresi,atau ekskresi dari binatang yang terinfeksi. Karena RVF menyerang ternak, bersinggungan langsung (menyembelih atau sekedar memelihara) ternak yang terinfeksi dapat membantu proses penularan RVF. Infeksi pada manusia disebabkan melalui makanan yang terkontaminasi atau karena material laboratorium. Morbiditas dan Mortalitas Hewan terserang ditandai dengan tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi. Morbiditas dapat mencapai 90-100%. Tingkat mortalitas pada sapi dewasa adalah rendah, yaitu kurang dari 10%.  Masa inkubasi biasanya 3 – 12 hari.
4)      Patogenesis
Pathogenesis penyakit ini meliputi penyebaran virus dari tahap awal replikasi untuk target organ seperti limpa dan hati. Intens viremia hasil dari pelepasan virus mengikuti replikasi pada organ target. Penyakit hati terjadi pada semua spesies tetapi yang paling parah pada host yang rentan seperti pada anak domba dan anak kambing. Dalam tubuh host, lesi hepatic cepat berkembang menjadi nekrotik hepatitis sebelum kematian. Pada hewan yang kurang rentan seperti pada kambing dan domba dewasa lesi hepatic cenderung tidak berkembang. Lesi penting dari penyakit ini berupa trombositopenia, vaskulitis, nekrosis hati, dan pengurangan factor pembekuan darah yang menyebabkan terjadinya pendarahan hebat.

5)      Gejala Klinis
Hewan terserang ditandai dengan demam tinggi (40,5-42,2°C) disertai dengan kejang-kejang dan kematian dalam waktu 36-48 jam. Gejala klinis pada kambing dan domba yang dewasa tidak konsisten, biasanya diawali dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat, kemudian muntah, leleran hidung kental dan terjadi abortus. Pada anak sapi suhu tubuh mencapai 40-41,6°C selama 24-96 jam, diikuti dengan salivasi, nafsu makan turun, kelemahan umum, diare dan pada sapi bunting ditandai dengan abortus.


Gambar 1 : Abortus pada kambing

Virus Rift Valley Fever menyebabkan perubahan patologis yang sama pada tiap hewan domestik dan laboratorium. Sifat pathognomonis dari sindrom ini meliputi nekrosis hepatik focal atau conflluent, inklusi inti sel, serosal dan mukosal hemoragis. Encephalittis terjadi pada hewan laboratorium yang ter-infeksi strain neurotroppik yang dicirikan dengan nekrosis jaringan saraf pertumbuhan inklusi asidofilik intisel dan glikosis. Lesi okular dengan hemoragis dan retinitis diamati pada beberapa kasus di manusia. Pada studi sementara mengenai perkembangan lesi pada anak domba secara eksperimental diinfeksikan dengan virus RVF, yang ditemukan warna abu-abu hingga biru kekuningan, berdiameter 00,5 hingga 1mm,  terbentuk di parenkim hati dalam waktu 28 dan 40 jam setelah inokulasi. Foci ini membesar tiap 12 jam dengan pembesaran 2 sampai 2,5 mm. Pada lesi-lesi diamati perubahan histolois yng terjadi termasuk degenerasi hepatocyte dan necrosis pembentukan badan inklusi inti sel aidofilik, dan infiltrasi leukocytes dan histiocytes (Easterday1965). Perubahan pada hati pada domba yang baru lahir berlanjut dari focal, lesi primer, dan necrotik hepatocyt  dengan  badan asidofilik dalam 6 sampai 12 jam untuk pembesaran foci primer dan degenerasi parenkim dalam 30 sampai 36 jam.

6)      Diagnosa
Penyakit ini dapat didiagnosa berdasarkan epidemiologis, yaitu berdasarkan distribusi Jenis hewan dan umur terserang. Hewan yang paling peka adalah domba dan menyerang hewan muda. Dari gejala klinis ditandai dengan abortus, sedangkan perubahan patologis ditandai dengan lesi-lesi pada hati.
Isolasi dan identifikasi virus dapat dilakukan dengan mengambil darah segar pada waktu puncak demam. Untuk uji serum dilakukan dengan uji Plaque Reduction Neutralization, HI, ELISA atau CFT. Pemeriksaan histopatologis dapat dilakukan melelui pemeriksaan yang diambil dari semua jaringan.




Gambar 2 : PA hati domba
                    
 
                    Gambar 3 : HP hati anak domba                    



Gambar 4: HP hati anak kambing

7)      Diagnosa Banding
Penyakit ini sangat mirip dengan Bluetongue, Enterotoxemia, Wesselsbron dan Middleburg dan Bovine Efhemeral Fever (BEF) pada sapi, Brucellosis, Vibriosis, Trichomoniasis, Nairobi Sheep Disease dan Ovine Enzootic Abortion.

8)      Pengobatan dan Pencegahan
Hewan yang sakit dipisahkan dan melakukan desinfeksi kandang atau dengan penyemprotan insektisida untuk mengurangi populasi nyamuk.
Vaksinasi menggunakan vaksin inaktif dapat mengatasi penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar