Evaluasi Semen Burung Puyuh
Materi
Bahan
- 1 ekor burung puyuh jantan
- Pewarna Eosin 2 %
- NaCl fisiologis
Alat
- Mikroskop cahaya
- Cawan petri
- Object glass
- Cover glass
- Pipet pastuer
- Api Bunsen
Langkah Kerja
1. Pengambilan sperma burung puyuh
- Burung puyuh direstrain untuk memudahkan pengambilan semen
- Pemijatan searah dari bagian punggung dan abdomen sehingga menyebabkan papilla menonjol dari kloaka dan terjadi ejakulasi dengan cara memecet kloaka, kemudian sperma yang keluar ditampung dengan menggunakan cawan petri yang sudah berisikan larutan NaCl fisiologis.
2. Pemeriksaan motilitas sperma burung puyuh
- Semen yang ditampung didalam cawan petri yang sudah dihomogenkan kemudian diambil dengan menggunakan pipet pastuer dan diteteskan diatas objek glass
- Ditutup menggunakan cover glass
- Diamati di bawah mikroskop cahaya untuk mengetahui motilitas atau gerakan sperma burung puyuh.
3. Pemeriksaan daya hidup sperma burung puyuh
- Semen yang ditampung pada cawan petri sebanyak satu tetes diletakkan di atas objek glass lain yang bersih.
- Eosin 2% sebanyak dua tetes dicampur dengan semen pada objek glass tersebut dan dibuat ulas tipis secara tegak lurus.
- Dikeringkan dengan memutar glass objek secara searah angka delapan.
- Diamati di bawah mikroskop cahaya untuk mengamati daya hidup sperma burung puyuh.
Hasil Koleksi dan Daya Hidup Sperma Burung Puyuh
Koleksi Spermatozoa Burung Puyuh. |
Daya Hidup Spermatozoa Burung Puyuh |
Spermatozoa Burung Puyuh yang mengalami Apoptosis |
Pembahasan
Sperma merupakan hasil ekskresi dari alat kelamin jantan yang diejakulasikan secara normal kedalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi tetapi dapat pula ditampung dengan berbagai cara untuk keperluan Inseminasi Buatan (IB).
Sperma merupakan suatu sel kecil, kompak dan sangat khas yang tidak bertumbuh atau membagi diri. Secara esensial, sperma terdiri dari kepala yang membawa materi herediter paternal, dan ekor sebagai sarana penggerak.
Sperma unggas memiliki bentuk kepala yang silindris memanjang dengan akrosom yang meruncing. Kepala sperma pada unggas sedikit melengkung dengan ukuran panjang 12 – 13 μm dan diselimuti akrosom (2 μm).
Ekor spermatozoa terdiri dari leher, bagian tengah, bagian utama dan ujung. Bagian tengah ekor memiliki panjang 4 μm, dan selebihnya dari panjang sperma 100 μm terdiri dari bagian ekor dan pada bagian terlebar sperma berukuran 0,5 μm.
Bagian-bagian sperma |
Akrosom terbentuk dari pengembangan apparatus golgi pada saat terjadinya spermatogenesis, sedangkan bagian tengah dan bagian ekor terbentuk dari perkembangan mitokondria dan cytoskeleton, dimana bagian tengah dan bagian ekor menentukan motilitas spermatozoa. Produksi sperma mempunyai kualitas tinggi tergantung oleh pejantan yang dipelihara dalam keadaan baik.
Pengamatan spermatozoa burung puyuh dengan menggunakan larutan eosin 2% untuk bertujuan untuk mengetahui daya hidup spermatozoa.
Dimana spermatozoa yang telah mati akan berwarna merah hal ini disebabkan pewarna eosin diserap ke dalam sperma, sedangkan sperma yang masih hidup akan berwarna bening karena tidak terjadi penyerapan warna dari eosin2%.
Pada gambar 3 terdapat sperma yang mengalami apoptosis dikarena tekanan osmotik dari eosin yangdigunakan terlalu besar.
Referensi
Etches, R. J. 1996. Reproduction In Poultry. University Press, Cambridge.
Garner, D. L. & E.S.E. Hafez. 1980. Spermatozoa. In : E.S.E. Hafez (Editor). 1980. Reproduction In -Farm Animals. 4th Ed. Lea and Febiger, Philadelphia. hlm. 167-188.
Gilbert, A. B. 1980. Poultry. In : E.S.E. Hafez (Editor). 1980. Reproduction In Farm Animals. 4th Ed. Lea and Febiger, Philadelphia. hlm. 423-445.
Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar