Embriologi & Genetik

[Embriologi & Genetik][bsummary]

vehicles

[vehicles][bigposts]

business

[Embriologi & Genetik][twocolumns]

Hemoglobinuria pada Hewan

Pendahuluan
Cairan tubuh yang mudah diperoleh adalah darah. Darah mempunyai berbagai macam fungsi , dan diantaranya yang penting dalam menjalankan fungsi darah adalah hemoglobin. Berat molekul hemoglobin rata-rata 68.000. Secara normal dapat melalui saringan glomerulus, tetapi di tubulus renalis akan diserap kembali, sehingga dalam urin tidak didapatkan hemoglobin. 

Jika fisiologi dzrah dan ginjal terganggu, antara lain kar ena bakteri, parasit, zat kimia, defisiensi suatu zat ataupun oleh sebab lainnya yang menyebabkan lisisnya eritrosit, maka hemoglobin akan banyak dibebaskan, sehingga dalam plasma darah akan banyak didapatkan hemoglobin. 

Ginjal mempunyai batas maksimurn dalam penyerapan kembali suatu zat yang disebut ambang-renal. Bila hemoglobin bebas terlalubanyak dalam plasma dan melampaui ambang renal maka akan terjadi  hemoglobinuria, Walaupun hemoglobinuria tidak hanya disebabkan lisisnya eritrosit sebelwn nelewati glomerulus.

Gejala yang ditirnbulkan karena hemoglobinuria tergantung pada penyebabnya, liarnun gejala yang khas dan sexing terjadi adalah urin berwarna merah sampai coklat kehitaman, tidak ada eritrosit pada sedimen, plasma kernerahan (hemoglobinemia), anemia yang nyata yang kernudian menyebabkan kelemahan 

Akibat terjadinya hemoglobinuria tidak hanya mempunyai dampak negatif yang langsung diderita oleh sapi, tetapi juga akan dixasakan peternak. 

Akibat tersebut antara lain turunnya kemampuan bekerjasapi, penurunan produksi susu, kekurusan sehingga menurunkan produksi daging dan yang sangat dirasakan peternak adalah bila terjadi kematian mendadak, abortus ataupun daging diafkir karena ikterus atau terlalu kurus,

Pencegahan dan pengobatan hemoglobinuria tergantung dari penyebab penyakit. Oleh karena banyak penyebab yang dapat mengakibatkan hemoglobinuria maka perlu diagnose yang teliti. Bila penyebabnya adalah bakteri, secara mum dapat diberikan antibiotik yang disertai pemberian antiserum bakteri yang bersangkutan, Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi. 


mukosa mata kekuningan (jaundice/ikterus) merupakan tanda klinis hemogubinuria




"Post parturient hemoglobinuria " yang ditunjukkan oleh adanya fosfatemia diobat i dengan preparat fosfor. Pada umumnga transfusi darah dan pemberian cairan elektrolit akan menun jang penyelamatan sapi .

Namun demikian pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Pencegahan secara mum adalah pengelolaan yang baik yaitu perkandangan yang baik, makanan yang cukup dan seimbang, vaksinasi secara teratur dengan sanitasi lingkungan serta pemberantasan vektor penyakit seperti caplak, lalat dan rodensia.

Etiologi
Hemoglobinuria pada sapi sering terjadi dengan penyebab yang bermacam-macam, yang dapat digolongkan sebagai berikut:

1.      Penyebab Bakterial
Penyakit yang dapat menyebabkan hemoglobinuria yang terutarna adalah hemoglobinuria basiler oleh Chlostridiurn haemolyticurn, suatu bakteri berbentuk batang dengan ujungujungnya tumpul, bersusun tungga1 atau berantai, Gram positif, membentuk spora oval dan terletak sub terminal.

Merupakan penyakit akut sampai per-akut pad a sapi dan domba. Chlostridiurn yang dapat menyebabkan hemoglobinuria lainnya adalah Chlostridiurn novyi tipe D. Disamping itu juga Leptospira Leptospira yang banyak menyerang sapi dan menyebabkan hemoglobinuria adalah. L. Pomona dan. L. Rippityphosa, dimana Leptospira ini menyebabkan nefritis yang kronis. 

Bacillus anthracis kadang-kadang juga dapat menyebabkan terjadinya hemoglobinuria. Demikian juga streptococcus.

2.      Penyebab Parasitik
Penyakit parasitik yang menyebabkan hemoglobinuria pada sapi adalah piroplasmosis yang disebabkan oleh protozoa yakni genus Babesia, sehingga bisa disebut babesiasis. 

Penyakit ini menular, ditularkan oleh caplak. Penyakit ini bersifat akut sampai per-akut. Babesia pada sapi adalah terutama oleh Babesia bigemina, bisa juga oleh B. bovis, B. divergen dan B. Mayor.

3.      Zat Kimia
zat kimia yang menyebabkan hemoglobinuria biasanya karena dosis pemakaian yang tinggi atau Ilemakaian dalam waktu lama, serta dapat pula karena keracunan tidak sengaja sehingga menyebabkan pecahnya eritrosit. 

hemoglobinuria yang diakibatkat hemolisis eritrosit yang cepat, mungkin disebabkan oleh fostor, potasium khlorat, keracunan timah hitam (Pb) dan sebagainya. Disamping itu bisa pula disebabkan oleh Cu, khlorat, fenol, kreosat, fenotiazin, prontosil dan sulfanamida.

4.      Hemoglobinuria Sesudah Melahirkan
Hemoglobinuria sesudah melahirkan disebut juga "post parturient hemoglobinuria" adalah suatu penyakit sapi perah yang berproduksi tinggi. Biasanya 2-4 minggu setelah melahirkan dan ditunjukkan oleh kerusakan butir-butir darah merah dalam pembuluh darah. Penyebab yang pasti penyakit ini belum diketahui, tetapi mungkin suatu penyakit metabolik yang berhubungan dengan defisiensi fosfor.

5.      Lain-lain
Bila sapi diberi air dingin berlebihan maka akan terjadi hemoglobinuria yang disebut hemoglobinuria paroksismal (Ressang, 1963). Hal ini telah dibuktikan pula oleh Shimizu, Naito dan Murakami (1979), anak sapi diberi air minum sebanyak 10,8 % berat badan menyebabkan hemoglobinuria 20-40 menit setelah air dimasukkan dan hilang 120-130 menit kemudian. 

Hemoglobin nutrisional cenderung terjadi pada sapi dan domba yang rnerumput pada tanaman famili Cruciferaceae jenis Brasica sp, juga terjadi pada sapi yang diberi tanaman gandum hijau. lenyebab sebenarnya belum diketahui. 

Mungkin tanaman tersebut menghasilkan toksin yang menyebabkan butir-butir darah merah hancur atau rusak, sehingga terjadi hemoglobinuria.

Patogenesis
Karena berat molekul hemoglobin sapi adalah 68.000, secara normal hemoglobin dalam darah dapat melalui saringan pada glomerulus, tetapi seluruhnya akan diserap kembali oleh tubulus, sehingga dalam urin tidak lagi didapatkan hemoglobin. 

Akibat adanya infeksi bakteri tertentu, parasit, reaksi kimiawi ataupun keracunan dan penyebabpenyebab lainnya, maka terjadilah kerusakan atau penghancuran eritrosit secara besar-besaraan.

Akibatnya banyak hemoglobin yang dibebaskan dari eritrosit dan terjadi hemoglobinemia. Darah masuk glomerulus dari arteriol afferen dan keluar melalui arteriol effer en. 

Hemoglobin dapat melalui saringan glomerulus. Seharusnya seluruhnya dapat diserap kembali, tetapi karena terlalu banyak hemoglobin yang bebas dalam plasma, sehingga melampaui nilai ambang, akibatnya dapat ditemukan hemoglobin dalam urin yang disebut hemoglobinuria.

Hemoglobinuria dapat pula diakibatkan adanya kerusakan glomerulus dan tubulus renalis atau nefritis sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 

Kerusakan pada tubulus menyebabkan daya serap balik tidak dapat berlangsung sehingga hemoglobin yang melewati saringan glomerulus terus lolos ke duktus pengumpul hingga ke uretra dan keluar dalam urin. 

Perombakan eri trosi t dalam urin yang alkali. Menyebabkan hemoglobin terlepas dan muncul dalam urin. Jadi hemoglobinuria tidak selalu diakibatkan oleh hemoglobin yang tersaring di glomerulus.

Gejala-gejala
Hemoglobinuria bukanlah penyakit, melainkan sebagai salah satu gejala ikutan karena suatu penyakit. Hemoglobinuria pada sapi memperlihatkan gejala yang bervariasi tergantung pada penyebabnya. 

Tanda pertama hemoglobinuria yang dapat diamati adalah urin berwarna merah bisa pula berwarna merah kecoklatan dan bisa berwarna kehitaman seperti yang terjadi pada "nutrisional hemoglobinuria". Dalam hal ini bila urin dipusing, sedimen tidak memperlihatkan sel darah merah. 

Hemoglobinuria yang disebabkan oleh Chlostridium haemolyticum bisa mati tanpa terlih&t adanya tandd-tanda sakit terlebih dahulu. Mati dengan hemoragi pada lubang hidung dan rektum. 

Bila memperlihatkan sakit terlebih dahulu ditandai dengan demam tinggi, depresi dan hemolisis eritrosit yang cepat. Jika hewan dapat hidup terus maka akan terjadi anemia pada taraf kelemahan. Jumlah eritrosit akan turun dibawah 2 juta per cc dan hemoglobin akan turun rendah sampai 3,5 gram persen.

Hemoglobinuria karena piroplasmosis bisa bersifat per-akut, akut dan kronis. Ada gejala umum, yakni lesu, pernafasan cepat dan hilang nafsu makan. Hasa tunas tiga minggu. Demam 40-420 C. Sembelit disusul diare dan tinja mengandung lendir serta darah. Selaput lendir hiperemis, makin lama makin pucat hingga kuning. 

Hemoglobin menurun, sebab anemia hemolitik. Urin kemerahan sampai merah hitam. Parasit dapat ditemukan di darah. Pada keadaan akut 3-4 hari atau 5-10 hari biasanya terjadi kematian. Setelah 10 hari terjadi keadaan kronis, dimana suhu badan cepat turun dan parasit menghilang dalam darah, serta terjadi kelemahan umum.

Pada "post parturient hemoglobinuria" selain urin berwarna merah, tanda-tanda lainnya adalah apatis, lemah dan penurunan produksi susu. Penyakit bersifat akut sampai kronis dan berlangsung se1ama 3-5 hari, bisa diakiri dengan kematian. Bisa terjadi persembuhan secara lambat pada sapi yang tahan. 

Debur jantung tidak teratur, pulsus jugularis dipercepat, pernafasan cepat tetapi temperatur sedang. Terjadi dehidratasi yang cepat dan sapi sangat lemah, serta segera jatuh. Anemi berkembang menjadi "jaundice" yang jelas terlihat dan sekali-kali terjadi gangren dan kerak pad a ujung ekor, telinga dan kaki. Pada beberapa kasus cepat diikuti oleh kematian.

Pada anak sapi yang minum air dingin berlebihan menyebabkan hemolisis dan hemoglobinuria bersamaan dengan insufisiensia jantung dan oedema pulmoner. Kondisi ini tidak serius dan akan kembali normal dengan sendirinya.

Diagnosa
Diagnosa suatu penyakit sangatlah penting artinya untuk mengambil tindakan penanggulangannya yang tepat. Dengan diagnosa sedini mungkin kemungkinan untuk menyelamatkan ternak akan lebih besar. Hemoglobinuria pada sapi dapat didiagnosa secara klinis dan laboratoris.

1.      Secara Klinis
Diagnosa secara klinis dilakukan dengan memperhatikan gejala-gejala yang diperlihatkan hewan penderita. Secara klinis sapi penderita hemoglobinuria memperlihatkan perubahan yang menyolok pada urin yaitu berwarna merah cerah, merah kecoklatan sampai merah kehitaman seperti kopi. 

Sedang tanda lainnya tergantung dari penyebab terjadinya hemoglobinuria. Sehingga perlu pemeriksaan laboratoris, sebagai pendukung diagnosa klinis.

2.      Secara Laboratoris
Pemeriksaan laboratoris adalah sangat penting untuk mendiagnosa penyakit. Untuk mendiagnosa hemoglobinuria, secara laboratoris terutama yang diperiksa adalah urin. Urin yang secara klinis terlihat berwarna merah hingga kehitaman diperiksa untuk membedakan dengan hematuria. 





Pada hematuria, setelaha urin dipusing akan didapatkan eritrosit, sedang pad a hemoglobinuria tidak ada eritrosit. Untuk mengetahui penyebab hemoglobinuria secar tepat dapat dilakukan pemeriksaan dengan uji serologis, uji biologi, isolasi kuman, serta pemeriksaan secara patologiklinik. 

Disamping itu dapat diperiksa darahnya. Jika disebabkan oleh leptospirosis, pada stadium akut kuman tersebut dapat ditemukan dalam darah. Demikian pula bila dikarenakan babesiosis.

Hemoglobinuria yang disebabkan oleh Cl. Haemolyticum didiagnosa pada biakan darah biasanya positif. Selama hewan memperlihatkan tanda-tanda klinis serum aglutinin bisa 1 : 25 atau 1 : 50.- Jika hewan kembali sehat 1 : 50 sampai 1 : 1800.

Babesia dapat diselidiki dengan preparat ulas darah perifer, walaupun kadang-kadang sulit. Untuk lebih pasti dapat dilakukan inokulasi pada hewan yang peka dengan darah sebanyak 50-100 ml yang disuntikan secara intra vena atau sub kutan. 

Hewan percobaan diperiksa setiap hari, terutama pada saat terjadi demam. Pada keadaan subklinis dapat dilakukan uji serologis, antara lain dengan uji aglutinasi, uji fiksasi komplemen, uji antibodi floresen serta uji hemaglutinasi.

Biakan darah juga dapat digunakan untuk menguji kemungkinan adanya Leptospira. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat biakan dari ginjal, paru-paru dan cairan pleura dari janin yang keluar. Biasanya segera setelah demam berkurang terbentuk antibodi dan Leptospira hilang dari peredaran darah dan keluar dalam urin. 

Maka dapat dilakukan biakan darah dari urin ataupun susu, juga dapat diinokulasikan pada hamster, marmot atau pada media khusus.

Pengendalian
Terapi dini yang dapat diberikan adalah Penicillin atau Tetrasiklin dengan dosis esensial yang tinggi. Transfusi dan terapi cairan juga dapat membatu pada gejala dini. Pada kasus penyakit yang bersifat musiman, lakukan vaksinasi sebelum musim penyakit tiba. hewan juga dijaga agal seminimal mungkin kontak dengan hewan di daerah tertular atau endemis,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar