Embriologi & Genetik

[Embriologi & Genetik][bsummary]

vehicles

[vehicles][bigposts]

business

[Embriologi & Genetik][twocolumns]

Colisepticemia (E. Coli) Pada Unggas

Colisepticemia menjadi sangat penting karena menyerang unggas hampir semua umur terutama umur muda antara 2 - 8 minggu dimana unggas yang sedang produktif untuk tumbuh dan peningkatan jumlah ayam yang diafkir. 

Selain itu colisepticemia juga dapat muncul karena buruknya manajemen pemeliharaan unggass. Colicepticemia dianggap sebagai bentuk penyakit Colibacillosis yang bersifat sekunder yaitu penyakit yang mengikuti penyakit primer (utama) seperti ND (Newcastle Disease), IB (Infectious Bronchitis), atau Gumboro.

2.1.1 Etiologi
Colisepticemia disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia coli yang merupakan Gram negatif, tidak tahan asam, bentuk batang, berukuran 2 – 3x0,6 µm, tidak berspora, non-motil namun ada beberapa yang memiliki flagella peritrichous, dan anaerobik fakultatif. 

E. coli merupakan flora normal dalam saluran cerna namun pada kasus ini E. coli menjadi patogen karena sudah berada diluar saluran cerna seperti saluran empedu, saluran kemih, paru-paru, peritonium, dan selaput otak. Ada 3 serotipe yang menyebabkan colicepticemia meliputi O1:K1, O2:K2, dan O78:K80. Tingkat virulensi agen dipengaruhi oleh jenis, umur, dan status imun unggas. 

Faktor virulensi E. coli dipengaruhi oleh ketahanan terhadap fagositosis, kemampuan perlekatan terhadap epitel sel pernafasan, dan ketahanan terhadap daya bunuh oleh serum. 

Faktor penentu virulensi E. coli yang terpenting pada unggas adalah antigen polisakarida K-1. Antigen tersebut terdapat pada bagian kapsula dan sangat menentukan resistensinya terhadap pertahanan inang selama proses cepticemia. 

Selain itu, adanya pili ikut menentukan sifat adesi bakteri yaitu pili tipe I yang berperan dalam kolonisasi awal bakteri pada saluran pernafasan bagian atas sedangkan pili tipe P berperan dalam infeksi sistemik.

2.1.2 Epidemiologi
Colisepticemia umumnya sebagai infeksi sekunder yang menyerang ayam pedaging dan petelur pada semua umur namun lebih sering pada umur muda. 

Wabah di Indonesia sering terjadi pada kelompok unggas petelur dan pedaging yang dipelihara dengan sanitasi lingkungan yang buruk atau karena serangan penyakit penyebab imunosupresi atau penyakit pernafasan. 

Untuk setiap daerah yang pernah mewabah colisepticemia unggas memiliki serotipe yang berbeda beda tergantung dari sistem pemeliharaannya, iklim, dan kondisi lingkungan. 

Penyakit primer yang diikuti oleh colisepticemia seperti infeksi virus IB dapat memfasilitasi invasi E. coli ke dalam epitel saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan treceitis, airsacculitis, dan bronchitis.

2.1.3 Penularan
Penularan penyakit terjadi secara langsung dari ayam sakit ke ayam sehat dan secara tidak langsung melalui pakan dan air yang terkontaminasi serta melalui debu yang terhirup oleh sekelompok ayam yang mengalami immunosupresif akibat penyakit infeksius atau karena stress akibat lingkungan.

2.1.4 Gejala klinis
Gejala klinis colisepticemia meliputi sesak nafas, anoreksia, pertumbuhan terganggu, bulu kusam, dan lesu.

2.1.5 PA
Patologi anatomi yang terlihat setelah unggas mati berupa : 

  1. airsacculitis, 
  2. perihepatitis, 
  3. perikarditis, 
  4. poliserositis, 
  5. sinovitis, 
  6. osteomyelitis,dan 
  7. panopthalmia.

2.1.6 HP
Lesi histopatologi yang muncul berupa :

  1. Hiperplasia disertai polip pada lapisan epitel
  2. Agregasi sel radang leukosit pada bronkus bersifat focal Hal ini muncul satu hari pasca uji tantang E. coli O1:K1 secara aerosol terhadap vaksin ND strain B1 yang diberikan pada unggas yang diinfeksi Mycoplasma gallisepticum yang menimbulkan lesi berupa edema pada saluran nafas , infiltrasi sel limfoid dan heterofil.
  3. Oedema pada jaringan peribronchiolar
  4. Kongesti dan dilatasi pada kapiler darah jaringan peribronchiolar





Gambar 1. Hati tanpa infeksi E. coli yang memperlihatkan struktur histologi normal pada bagian vena sentral dan sinusoid. Pewarnaan dengan H&E dan perbesaran 80x

Gambar 2. Paru – paru tanpa infeksi E. coliyang memperlihatkan struktur histologi normal pada lobus. Pewarnaan dengan H&E dan perbesaran 64

Gambar 3. Jantung tanpa infeksi E. coli yang memperlihatkan struktur histologi normal pada perikardium dan miokardium.

Gambar 4. Hati dengan infeksi E. coli yang memperlihatkan kongesti dan dilatasi vena porta dan sinusoid disertai infiltrasi sel radang pada vena porta dan agregasi focal pada parenkim hati.

Gambar 5. Paru – paru dengan infeksi E. coli yang memperlihatkan hiperplasia dengan bentuk polip pada jaringan epitel bronkus disertai agregasi sel radang leukosit di jaringan peribronchiolar, oedema, dan dilatasi kapiler.

Gambar 6. Hati memperlihatkan reaksi fibronekrotik disertai oedema, infiltrasi sel radang, dilatasi kapiler, pada pericardium dan miokardium.

Gambar 7. Hati yang memperlihatkan dilatasi vena porta dan sinusoid disertai beberpa infiltrasi sel radang.

Gambar 8. Paru – paru yang memperlihatkan kongesti pada pembuluh darah dan lobus paru – paru

Gambar 9. Jantung memperlihatkan oedema miokardial disertai dilatasi dan kongesti.

2.1.7 Diagnosis
Diagnosis penyakit dilakukan dengan cara :
a)      Isolasi dan identifikasi kuman
Sampel dapat berupa swab trachea,  jantung, hati, airsacs, dan lesi visceral. Kemudian sampel ditanam di media blood agar atau McConkey agar yang di inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C dan hasil positif adalah media akan berwarna merah bata karena kuman memfermentasi laktosa.




Gambar 10. E. coli pada media HBA (atas) dan E. coli pada media McConkey Agar dimana E. coli berwarna merah muda terang di medium ini karena mamfermentasi laktosa. 
b)      PA
c)      Gejala klinis

2.1.8 Penanggulangan
        a) Pengobatan
Unggas yang positif terkena colisepticemia diisolasi dan diberi obat Coccilin kapsul. Untuk umur 1 – 5 minggu diberi 1/3 kapsul, umur 6 – 8 diberi ½ kapsul, dan jika > 8 minggu diberi 1 kapsul serta pemberian obat dilakukan 4 hari berturut-turut. 

Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika seperti tetrasiklin, neomisim, obat – obat sulfa, fluoroquinolon, enrofloxacin, kanamisin, dan ampisilin. 

Untuk mencegah adanya resistensi bakteri terhadap antibiotika yang digunakan maka dilakukanlah uji sensitivitas oleh karena beberapa antibiotika tersebut selain digunakan sebagai obat juga digunakan sebagai antisterss dan tambahan dalam pakan.

        b) Pengendalian dan pencegahan
Penerapan program biosecurity, vaksinasi, dan desinfekai kandang. Pengaturan ventilasi dan tingkat kepadatan unggas. Pencegahan penyakit bersifat imunosupresif dan penyakit pernafasan harus mendapat prioritas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar