Operasi dan Reposisi Fraktur Os. Maxilaris dan Mandibula pada Hewan (Bedah Fraktur)
Definisi
Fraktur maxilari dan mandibulari adalah kerusakan pada tulang maxilla dan mandibula yang seringkali terjadi akibat adanya trauma, periodontitis maupun neoplasia. Periodontitis adalah reaksi peradangan pada jaringan disekitar gigi yang terkadang berasal dari peradangan gingivitis didalam periodontium. Fraktur mandibula dan maxilla sering terjadi pada anjing muda ras kecil dan toy, salah satunya adalah poodles. Anjing ras kecil atau toy sering kali tidak memiliki gigi regular prophylaxis dan memakan makanan lembek.
Anatomi maxilla dan mandibulla
Secara anatomi mandibula tersusun atas dua bagian, yaitu komponen horizontal yang disebut body dan komponen vertikal yang disebut ramus. Kedua bagian mandibula ini terhubung pada bagian rostral yang disebut symphysis membentuk dagu bawah. Batas alveolar merupakan bagian dari body yang termasuk dalam akar gigi. Pada bagian dorsal setengah bagian ramus adalah coronoid. Foramen mandibula terlokasi pada bagian medial dari ramus. Pada bagian caudal terbuka canal yang berisi arteri, vena alveolaris dan nervus mandibularis.
Os maxilla merupakan tulang bagian atas dari dagu yang tersusun bersama tulang incisivi atau seringkali disebut premaxilari. Pada tulang maxilla misalnya anjing akan tersusun gigi premolar dan molar. Sedangkan pada tulang incisive bagian caudal yang terhubung dengan maxilla berisi gigi incisor. Posisi kedua gigi taring sangat dekat dengan ruang hidung sehingga sangat mudah untuk menyebabkan kerusakan ketika terjadi trauma.
Hasil rontgen dari maxilla anjing umur 3 tahun |
Indikasi
Pathofisiologi fraktur pada maxilari dan mandibular umumnya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
- Adanya trauma kepala yang disertai dengan luka serius sehingga menyebabkan kerusakan pada os mandibula, maxilla, system pernafasan atas, system syaraf pusat, pneumothorax, contusions pulmonary dan miocardytis traumatic. Trauma yang terjadi termasuk didalamnya adalah tertabrak kendaraan bermotor, berkelahi anatar hewan, luka tembak, terjatuh dari ketinggian yang biasa terjadi pada kucing.
- Fraktura symphisea mandibular dan fraktur palate seringkali terjadi pada kucing yang terjatuh dari ketinggian atau biasa disebut “high-rise syndrome”.
- Adanya kerusakan yang terjadi secara tidak langsung misalnya adanya pencabutan gigi dengan disertai periododental atau disertai dengan gangguan metabolisme yang menyebabkan osteoporosis. Ketidaknormalan ini sering terjadi secara akut sehingga dibutuhkan penanganan yang cepat dan tepat.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang tampak pada hewan terjadi bervariasi. Adapun gejala-gejala tersebut antara lain :
- Adanya krepitasi ketika dilakukan manipulasi pada mandibula pada saat palpasi.
- Terasa sakit ketika mulut dibuka dan dagu dipegang.
- Asymetri dari bentuk dagu.
- Os nasal atau rongga mulut mengeluarkan darah.
- Terjadi kerusakan pada bagian nasal
Diagnosa
Diagnosa berbagai trauma mandibular maupun maxilari dapat menyebabkan fraktur pada semua hewan, namun keadaan ini sering kali terjadi pada hewan muda. Misalnya pada anjing. Fraktur mandibula dan maxilla sering terjadi pada anjing muda ras kecil dan toy, salah satunya adalah poodles.
Diagnosa fraktur tidak susah jika diketahui histori dari terjadinya trauma, dapat terlihat dengan adanya kelainan bentuk wajah dan secara berulang dipalpasi untuk mengetahui letak dan bentuk fraktur sebenarnya. Selain itu dapat dilakukan dengan cara radiographi. Oblique radiographi akan sangat membantu mengidentifikasi bentuk serta letak terjadinya fraktur.
Komplikasi terjadi apabila tipe fraktur mandibula merupakan dental malocculasion. Selain itu komplikasi terjadi apabila hewan mengalami osteomyelitis, nonunion, malunion, kesalahan pertumbuhan dan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak.
Adapula komplikasi yang terjadi akibat terulangya fraktur pada saat pencabutan gigi sehingga penanganan fraktur yang kedua akan sangat sulit.
Pemeriksaan hewan dengan fraktur mandibula akan merasa cemas dan kesakitan ketika dilakukan pembukaan mulut dan menelan makanan.
Saliva akan keluar lebih banyak dan berwarna kemerahan jika disertai luka namun kadang juga tidak mengalami perubahan jika luka akibat truma. Crepitasi dan ketidakstabilan dapat terlibat ketika dilakukan pemeriksaan secara palpasi pada rongga mulut.
Jika terjadi fraktura sympiseal mandibula akan terasa pergerakan dari persambungan tulang pada saat dilakukan penekanan atau pemindahan. Ketidakstabilan pada saat terjadi fraktur tulang lebih terasa pada mandibula dibandingkan maxilla.
Pada gigi dapat dilakukan pemeriksaan secara cermat untuk mendapatkan letak fraktur yang sesungguhnya, cara pemeriksaan pada gigi dapat dilakukan dengan cara menggoyang-goyang perbagian gigi. Fraktur gabungan seringkali terjadi hingga menyebabkan tulang hancur .
Gambaran radiographi dari tulang mandibula dan maxilla sebaiknya menggunakan lima sudut pandang radiographi yaitu dorsoventral, lateral, right oblique, left oblique dan intra oral.
Kebutuhan lima sudut pandang ini disebabkan oleh adanya kesulitan untuk melakukan interperetasi akibat adanya berlapis-lapis tulang yang mengganggu interpretasi.
Sehingga mengetahui bentuk tulang secara normal sangat penting sekali untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Bentuk kesimetrisan tulang merupakan salah faktor yang dapat dijadikan sebagai acuan adanya fraktur.
Computed topographi dapat membantu mengidentifikasi fraktura pada bagian caudal mandibula disebabkan vertical ramus dan mandibular condylus akan sulit untuk dideteksi pada radiographi. Pemeriksaan laboratorium yang spesifik tidak dapat memperlihatkan adanya abnormalitas dari fraktura mandibula dan maxilla.
Hasil rontgen mandibula |
Kasus Fraktur Mandibula Pada Kuda
Seekor kuda pacu umur 20 tahun yang telah dikebiri telah menggigit jeruji baja pintu bilik kandangnya dalam usahanya untuk membuka pintu tersebut. Kemudian pengurus kuda menemukan kuda tersebut mengalami rahang patah. Sebuah pemeriksaan klinis dan radiografi dikonfirmasi bahwa kuda pacu tersebut mengalami fraktur mandibula rostral bilateral.
Tampilan klinis dan radiografi preoperatif kasus |
Penanganan Kasus
Pre Operasi
Pada prosedur preperasi, kuda diberikan obat penenang berupa xylazine HCl (0,8 mg / kg, IV). Obat penenang (sedasi) ini diberikan 5 menit setelah pemberian acepromazine (0,03 mg/ kg secara Intravena). Dilanjutkan dengan pemberian anestesi berupa ketamin HCl (2,2 mg / kg, IV) yang telah diakuaisisi dan ketamin HCl (1,5 mg / kg, IV) yang intermiten digunakan sesuai dengan reaksi kuda untuk keteguhan dan durasi anestesi.
Kemudian dilakukan pencabutan gigi taring (gigi 304), dengan penghilangan sedikit hubugan jaringan lunak. Rongga mulut dan ujung tulang yang hancur dicuci dengan larutan saline steril untuk menghilangkan kotoran dan air liur dan kemudian dipersiapkan untuk operasi dengan menyemprotkan oral antiseptik (chlorhexidine glukonat 0,2%).
Operasi
- Bor berukuran 1,2-mm ditempatkan pada tulang antara gigi 301 dan 302, dan diarahkan ke rostral sublingual dari mukosa oral. Bor tersebut kemudian dimasukkan untuk membuat lubang dan terowongan pada rostal pertama.
- Prosedur yang sama dilakukan di sisi kanan antara gigi 401 dan 402 dengan tujuan untuk membuat terowongan pada rostal kedua.
- Dengan ukuran bor yang sama, 2 terowongan dibuat di sebelah kiri caudal dan sisi kanan hemimandibles hanya di distal simfisis mandibula.
Tampilan klinis dan radiografi pascaoperasi kasus setelah operasi. |
- Sebuah interfragmentary kawat fiksasi bilateral dilakukan untuk memfiksasi fraktur. Pada kedua sisi kiri dan kanan, diikatkan 2 pasang kawat berukuran 2 mm yang melewati terowongan rostral dan caudal.
- Pada tulang yang patah diadakan reduksi dan ujung kawat dibengkokkan (dipelintir) di sisi ventral dorsal mandibular, tepat di bawah gigi incisivus mandibular.
- Pengetatan pemasangan kawat dilakukan dengan tetap menjaga reduksi fraktur secara manual.
- Bentuk tonjolan dari akhir simpul kawat dibengkokkan untuk mencegah timbulnya iritasi pada jaringan lunak.
- Langkah terakhir, luka pada jaringan lunak di dalam rongga mulut dijahit untuk melindungi garis patahan.
Pasca Operasi
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan setelah dilakukannya operasi antara lain :
- Bersihkan lubang yang ada disekitar rongga mulut sekali lagi dengan larutan saline steril untuk mengurangi adanya infeksi bakteri
- Berikan antiseptik oral berupa chlorhexidine gluconate 0.2%. antiseptik oral digunakan sampai lesi jaringan lunak pada mukosa oral benar-benar sembuh.
- Pemberian Trimethoprim-sulfamethoxazole 15 mg/kg selama 10 hari setelah operasi
- Setelah operasi, residu partikel makanan yang ditemukan di dalam lesi pada mukosa oral dihapus secara digital dan lesi intraoral dibersihkan 3 kali sehari dengan saline steril.
- Pemberian pakan diganti dengan pakan yang lembek ditambah air selama 2 minggu. Diatas 2 minggu secara berangsur-angsur mengurangi jumlah air yang ditambahkan pada pakan. Setelah perawatan diatas 4 minggu dapat dilatih dengan pemberian pakan yang lembek saja.
- Lakukan radografi pasca operasi setiap bulan sampai penyembuhan tulang benar-benar diperoleh.
- Periksa balutan dan perlukaan setiap hari untuk mendeteksi bau busuk, bengkak, dan tekan perkembangan luka. Diusahakan meminimalisir pergerakan kepala agar fraktur tidak menjadi lebih parah.
Penanganan Alternatif
Treatment metode penanggulangan fraktur mandibula dan maxilla tergantung dari tingkat keparahan dan lokasi fraktura. Treatment dengan menggunakan balutan otot atau pengikatan gigi dapat dilaukan pada kasus fraktur tertentu.
Terapi dapat dilakukan dengan melakukan operasi. Prosedur operasi yang digunakan untuk semua bentuk fraktur dan dislokasio adalah sistem operasi reposisi dan penyambungan tulang yang standart seperti menggunakan bone wire dan pembalutan otot.
Pada kasus fracture madibula dan maxilla jarang sekali menggunakan bone pining sebagai gantinya menggunakan bone plate atau fiksator eksternal disebabkan tulang-tulang pada daerah wajah merupakan tulang-tulang tipis sehingga sangat sulit untuk menerapkan cara bone pining pada daerah tersebut.
Selain itu penerapan bone pining akan menyebabkan kerusakan atau tidak kembalinya bentuk wajah asli hewan. Prinsip utama yang dilakukan adalah mengembalikan posisi tulang pada keadaan sebenarnya sebelum dilakukan fiksasi secara permanen dengan menggunakan bone wire, balutan otot, bone plate dan fiksator eksternal.
Dengan cara demikian maka tulang secara tidak langsung diharapkan untuk kembali tersambung dan berikatan dengan tulang yang seharusnya bertaut.
Cara pemasangan bone wire tunggal |
Cara pemasangan bone wire ganda untuk memperkuat fiksasi |
Cara pemasangan bone wire pada body mandibula dan gigi |
Cara pemasangan bone wire pada kasus fraktur oblique |
Cara pemasangan bone wire secara ganda dan memanjang untuk menguatkan fiksasi |
Cara pemasangan bone wire secara satu-persatu berdasarkan pecahan tulang |
kasus awal (A, B) dan X-ray (C, D) dari pasien (fraktur rahang atas: panah putih, corpus mandibulae fraktur: panah hitam). |
Fraktur maksilla |
Pada Fraktur maksila. Fraktur sederhana sembuh tanpa fiksasi. Jika pelurusan dari arcade gigi dipertanyakan atau jika daerah rahang atas sangat tidak stabil bahwa itu menyakitkan, mulut harus diberangus untuk mencegah gerakan fragmen dan nyeri setelah hewan.
Half-pin fiksasi merupakan metode yang baik fiksasi tertutup. Di bawah anestesi umum, beberapa kabel Kirschner kecil ditempatkan ke dalam banyak fragmen.
Setelah keselarasan memadai fragmen, pin yang melekat satu sama lain untuk fiksasi yang solid. Plaster of Paris '5 dapat digunakan, tapi menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi menggunakan gigi atau kuku akrilik
Gambar diatas menunjukan sebuah radiografi miring pada anjing Great Dane muda menunjukkan beberapa patah tulang pada rahang atas dan langit-langit keras, dengan fraktur dari mandibula rostral dan ramus fraktur vertikal pada sisi yang sama (A).
Fraktur ramus vertikal berkurang dan stabil menggunakan dua kecil Steinmann pin (B, C). Fraktur mandibula rostral diperlakukan dengan piring dan sekrup dan fraktur rahang diobati dengan fiksasi skeletal eksternal menggunakan kawat Kirschner dan jembatan akrilik di sekeliling menghubungkan pin bersama-sama..
Referensi :
Akin I, Sarierler M, Kilic N, and Belge A. 2013. Multiple jaw fractures and hiatus linguae in a dog. Turk J Vet Anim Sci (2013) 37: 117-120
Cetinkaya, MA and Demirutku A. 2012. Interfragmental fi xation of rostral mandibular fracture with cerclage wire in a thoroughbred English horse. Turk. J. Vet. Anim. Sci. 2012; 36(1): 67-71
Sudisma, IGN. 2006. Ilmu Bedah Veteriner Dan Teknik Operasi. Pelawa Sari. Denpasar.
Tiwari, SK, Kaushal GD, Sharda R, Harinder S and Yugesh C.2012. Successful repair of mandibular symphyseal fracture in a Dog. Vet. World, 2012, Vol.5(12): 762-763
Labels:
Bedah Veteriner
Tidak ada komentar:
Posting Komentar